(Karikatur) |
Jelajah98, Realitas yang sangat pahit harus diterima seorang PSK adalah implikasi dari cercaan para ulama dan birokrat yaitu teralienasi dari masyarakat disekitarnya. Dia akan dikucilkan dari kehidupan yang memang sudah tertimpang ekonomi. Namun ironisnya ketika kita mempertanyakan kepada para ulama dan sekutunya (birokrat) terkait hal mengapa jutaan perempuan-perempuan PSK harus hidup dengan hasil menjajahkan tubuhnya, kita akan mendengar ocehan para ulama bahwa itu sudah takdirnya, sudah keputusan Tuhan yang tak bisa diganggu gugat lagi bahwa mereka akan menjadi PSK. Lain lagi ocehan para birokrat dan pengusaha yang (perutnya semakin membesar dan sambil tertawa) berceloteh bahwa itu karena mereka sendiri yang malas dan tidak mempunyai skill, karena mereka adalah orang-orang yang tidak berpendidikan dan malas berusaha, pokoknya itu adalah kesalahan mereka sendiri.
Mungkin kita harus terus bertanya kepada sekelompok orang yang merasa sebagai wakil tuhan itu, bahwa sekiranya perempuan yang berprofesi sebagai PSK itu merupakan takdir Tuhan yang harus diterima, lantas mengapa para ulama itu harus menyibukkan dirinya melakukan demonstrasi untuk menutup tempat-tempat hiburan malam (THM), Mengapa pula para ulama itu harus memberikan stempel sesat dan kafir dijidat perempuan-perempuan yang melakoni profesi PSK?, bukankah semua itu adalah bentuk penolakan terhadap ketentuan Tuhan?, kepada para birokrat kita akan bertanya benarkah bahwa mereka adalah perempuan-perempuan yang malas berusaha dan tidak berpendidikan?, bukankah realitasnya mereka juga ingin bersekolah namun dengan terpaksa mengurungkan niatnya lantaran biaya pendidikan dan biaya hidup yang semakin membumbung tinggi?, tidakkah engkau lihat bahwa lapangan kerja semakin sempit lantaran banyaknya corporasi-corporasi raksasa milik asing yang memarjinalkan masyarakat pribumi?. Tidakkah engkau melihat langkah kaki gontai jutaan karyawan/wati yang pulang kerumah lantaran di PHK?, Bukankah kalian juga sering meninggalkan tugas kalian sebagai representasi rakyat dan justru berada di tempat-tempat THM?. Bukankah sebagian besar investasi Negara bersumber dari hasil pajak THM? Lantas mengapa engkau masih berkelit bahwa itu karena kemalasan mereka? Rasanya saya ingin meneriakkan kembali kegundahan Mas Eko Prasetyo yang berkata”orang miskin dilarang sekolah”.
Pembaca yang budiman melalui tulisan yang ringkas ini kita akan mencoba menganalisis secara kritis fenomena para perempuan yang berprofesi sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK). Benarkah klaim para ulama yang melihat dengan perspektif teologis bahwa itu adalah ketentuan Tuhan, atau hanya merupakan dalih para ulama untuk melepaskan diri dari tanggung jawab Tauhid sosialnya?. Benarkah klaim para birokrat bahwa itu adalah karena kesalahan mereka atau hanya dalih para birokrat untuk berkelit dari ketidak berpihakannya terhadap kaum miskin?. Atau mungkin ada faktor lain yang sangat signifikan sehingga menggiring para wanita kedunia PSK.
Sekiranya benar klaim para ulama yang berkesadaran magic bahwa fenomena PSK merupakan takdir Tuhan, maka saya adalah orang yang pertama berdemonstrasi di hadapan Tuhan kelak jika para PSK ini dijebloskan keneraka. Seharusnya konsep surga-neraka beserta konsep pahala dan dosa ditiadakan karena Tuhan lah yang menyebabkan manusia berbuat dosa. Apakah ada seorang wanita yang ketika dia kecil bercita-cita sebagai PSK,dan seumur hidupnya berdoa agar dirinya menjadi seorang PSK.Tampaknya kita harus dengan tegas menjawabnya “tidak ada”, lantas apa yang menyebabkan mereka menjadi PSK?. Sesungguhnya fenomena PSK adalah salah satu dampak dari diterapkannya sistem kapitalisme dan neo-liberalisme di negeri ini.
Kaum miskin tidak akan mampu berkompetisi dengan kaum kaya lantaran kemenangan ditentukan dari banyaknya uang. Neo-liberalisme meniscayakan terjadinya swastanisasi dan komersialisasi semua kebutuhan primer rakyat yang merupakan asset Negara. Seperti pendidikan dan kesehatan yang semula merupakan milik Negara yang dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat kini menjadi komoditi yang dikuasai oleh kaum pemodal, sehingga sekali lagi Eko Prasetyo berceloteh”orang miskin dilarang sekolah dan dilarang sakit” lantaran rumah sakit dan sekolah kini menjadi milik orang-orang kaya. BBM yang semakin langkah dan makanan pokok yang semakin mahal seiring dengan makin mahal dan langkahnya kejujuran adalah salah satu dampak diterapkannya sistem kapitalisme dan Neo-liberalisme. Lain lagi dengan income/pendapatan yang diterima oleh Negara dengan dibukanya tempat komoditi manusia ( THM ), sehingga sebenarnya pemerintah lah yang paling bertanggung jawab atas makin maraknya fenomena PSK.
Mereka yang menggiring perempuan - perempuan berprofesi sebagai PSK, dengan menciptakan kebijakan-kebijakan sulap atau kebijakan yang tidak berpihak terhadap kaum miskin seperti kapitalisme dan neo-liberalisme. Sesungguhnya pemerintah sedang mengarahkan para perempuan untuk beralih profesi dari “Ibu rumah tangga menjadi pelayan rumah bordil". Zainal Abidin advokat asal Palopo (Sul-Sel) pernah mengadvokasi beberapa PSK di lokalisasi Dolly Surabaya. Setelah selesai ceramah PSK itu ditanya perihal apa yang menyebabkan mereka menjadi PSK. Dengan mata yang berkaca-kaca karena menahan air mata, para PSK itu menjawab” sekiranya ada pekerjaan lain yang mana dengan pekerjaan itu kami mampu menghidupi anak-anak, saudara dan orang tua-orang tua kami, maka saat ini juga kami akan meninggalkan profesi ini”.
Sesungguhnya perempuan-perempuan PSK ibarat seorang pengembara yang terpaksa memakan babi lantaran tak ada lagi makanan lainnya. Mereka menjadi PSK ketika Negara laksana belantara yang berselimutkan awan gelap kapitalisme dan neo-liberalisme. “mereka (PSK) juga adalah makhluk Tuhan, maka perlakukan mereka secara manusiawi. Mereka hanyalah korban dari kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat kecil”.
Tulisan: Subartono
Editor: jelajah98
Komentar
Posting Komentar