Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label global

KPK Mengklaim Galung Dan Yonda Oknum BPK Terima Dana Suap Bansos Covid-19 Senilai Uang Rp 14,7 Miliar

Jelajah98.blogspot.com, Salah satu Politisi Partai Demokrat, Abdullah Rasyid menyebut bahwa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini bergotong royong lintas lembaga. Pernyataan ini diungkapkan Abdullah Rasyid sebagai respon atas klaim Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK, Ikhsan Fernandi. “Gotong royong lintas lembaga,” cuitnya, seperti dikutip oleh Galamedia, Sabtu, 14 Agustus 2021. Sebelumnya, Ikhsan Fernandi mengklaim, 2 oknum BPK telah menerima aliran dana suap bansos Covid-19. Kedua oknum BPK yang dimaksud Ikhsan Fernandi itu ialah Galung selaku tim audit BPK dan Yonda selaku utusan BPK. Berdasarkan keterangan dari Ikhsan Fernandi, Galung dikabarkan telah menerima dana suap bansos Covid-19 sebesar Rp100 juta pada Juni 2020. Sementara itu, Yonda dikabarkan telah menerima dana suap bansos Covid-19 yang jauh lebih besar ketimbang Galung, yakni sebesar Rp 1 miliar dalam bentuk uang dolar Amerika Serikat (AS) pada Juli 2020. “Untuk Galung selaku tim audit

Mistik; Kecemasan Menelanjangi Manusia

Aminullah/Subartono Di tengah globalisasi informasi dan ekonomi pasar, kerumunan nomad pemuja tubuh, petarung kapital, Pejuang karir, dan penjilat kekuasaan telah mengubur kecemasan eksistensial mereka, yang menyembul dari kolam keseharian ke dalam timbunan kesibukan.  Manusia memang memikul nasib tertentu, disatu sisi manusia selalu mengalami kejatuhan, yakni larut dalam keseharian, dan karena itu terasing dari adanya. Namun disisi lain, manusia adalah makhluk penanya adanya.  Menurut Heidegger, kecemasan yang menyembul keluar dari keseharian itulah perigi mistik digurun nihilisme pada zaman yang tidak religius. Kecemasan menelanjangi manusia sebagai ada yang terlempar dan menuju kematian, sekaligus memberi tawaran untuk bermukim dalam rumah eksistensi.  Mistik keseharian mungkin terdengar ganjil. Tetapi persis inilah yang dilakukan oleh Heidegger dalam Sein Und Zeit (ada dan waktu, 1927); menjernihkan keseharian sehingga dasar-dasarnya menjadi tampak dihadapan kesadaran. Sein Und Zei