Langsung ke konten utama

Postingan

Mistik; Kecemasan Menelanjangi Manusia

Aminullah/Subartono Di tengah globalisasi informasi dan ekonomi pasar, kerumunan nomad pemuja tubuh, petarung kapital, Pejuang karir, dan penjilat kekuasaan telah mengubur kecemasan eksistensial mereka, yang menyembul dari kolam keseharian ke dalam timbunan kesibukan.  Manusia memang memikul nasib tertentu, disatu sisi manusia selalu mengalami kejatuhan, yakni larut dalam keseharian, dan karena itu terasing dari adanya. Namun disisi lain, manusia adalah makhluk penanya adanya.  Menurut Heidegger, kecemasan yang menyembul keluar dari keseharian itulah perigi mistik digurun nihilisme pada zaman yang tidak religius. Kecemasan menelanjangi manusia sebagai ada yang terlempar dan menuju kematian, sekaligus memberi tawaran untuk bermukim dalam rumah eksistensi.  Mistik keseharian mungkin terdengar ganjil. Tetapi persis inilah yang dilakukan oleh Heidegger dalam Sein Und Zeit (ada dan waktu, 1927); menjernihkan keseharian sehingga dasar-dasarnya menjadi tampak dihadapan kesadaran. Sein Und Zei

Inilah Jiwa Manusia Setelah Kematian

(Ilustrasi jiwa kematian) Setiap agama dan aliran kepercayaan berusaha untuk menerangkan jiwa setelah kematian. Diantara berbagai kepercayaan yg terdapat di muka bumi ini, ada juga yg menyerupai ilmu Gaib atau magic.  Tetapi bagaimanapun juga kepercayaan keberlangsungan jiwa sesudah kematian senantiasa merupakan suatu keyakinan yangg amat mendalam sepanjang sejarah umat manusia yang konon telah berjuta-juta tahun lamanya.  Kepercayaan akan keberlangsungan jiwa ini sesungguhnya merupakan suatu kepercayaan akan adanya suatu hakekat yang abadi. Itu sebenarnya tidak lain dari jiwa Alam Semesta.  Apabila setiap umat manusia dapat mendekati jiwa alam semesta ini melalui suatu perjuangan untuk mengatasi kematian, maka pasti ia dapat memunculkan sumber kekuatan jiwa alam Semesta yang kekal abadi.  Berbagai perbedaan pendapat mengenai keadaan jiwa sesudah kematian timbul karena perbedaan pengertian mengenai konsep "Sunyata". Justru konsep sunyata ini merupakan suatu kunci untuk memah

Antara; Revolusi Sosial dan Revolusi Agama

   Ilustrasi revolusi sosial dan agama Antara revolusi sosial dan revolusi agama tidaklah dapat dipisahkan, sebab seluruh kehidupan masyarakat (sosial) senantiasa dipengaruhi oleh suatu kepercayaan yang dianut itulah dia agama. Agama diturunkan Tuhan kedunia, dengan perantaraan nabi-nabinya ialah buat menuntun, kemerdekaan dijiwa manusia untuk memilih jalan menuju Tuhan.  Agama ialah pertalian jiwa manusia dengan Tuhan, Tuhan yang Maha esa. Tidak ada satu makhluk yang berhak menguasai dijiwa manusia. Sebab itu didalam agama Islam diajarkan "Ashaduallailaha ilallah ( Aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah.) Wa ashaduanna Muhammadan 'abduhu warasuluh", (dan aku bersaksi bahwa muhammad itu hambanya dan rasulnya). Begitu terang dan nyata maksud agama, tetapi sebagian manusia masih tetap memperbudak sesama manusia, dan diambilnya agama itu dijadikan persandaran untuk mengokohkan kekuasaan. Sebelum Luther memerdekakan akal benua Eropa, maka diatas nama agama, Paus di Roma mem

Dua Karakter Dalam Manusia; Cinta dan Benci

Gambar ilustrasi Cinta dan Benci dua karakter yang selalu ada dalam diri manusia. Dan terkadang sangat tipis untuk membedakannya walau bertolak belakang. Cinta dan Benci itu tipis batasannya. Disaat cinta bergelora maka semua akan menutup rasa benci, semua akan menjadi cinta, tapi disaat ada perbedaan dan pada akhirnya rasa cinta sudah hambar, maka yang ada adalah benci dan menebar kebencian, seolah olah lupa dengan apa yang telah dahulu terbungkus rasa rindu dan cinta. Maka berubahlah rasa menjadi sangat benci. jika ingin batasan itu tiada, maka bungkus cinta dengan hati yang bersih dan saling menghargai, jangan sampi bungkusan cinta itu rusak oleh hanya perbedaan. Bukankah kita disatukan bukan atas persamaan? memang saling berbeda, tapi saling mengisi itulah yang benar, bukan saling mencari kekurangan.  Jadikan cinta terbungkus rapi itu jangan sampai rusak oleh rasa menjadi benci. Tapi saat cinta karena Alloh Ta'ala dan ibadah, maka cinta tersebut tanpa batas. Yang ada nilai Keik

Kesadaran Bentuk Esensi Hidup

Ilustrasi kesadaran Esensi hidup ini adalah Kesadaran. Menjadi sadar sepenuhnya adalah sifat sejati diri. Kita merasakan hidup karena kita merasakan kesadaran, tidak ada yg lain. Saat kau mengamati pikiranmu, maka kau mendapati dirimu sebagai Sang Pengamat. Saat engkau tak bergeming, hanya mengamati, maka kau akan mendapati bahwa dirimu adalah sebuah cahaya yang menerangi diri dan semesta dalam dirimu.  Sumber dari cahaya adalah kegelapan, sumber pengetahuan adalah segala hal yang tidak diketahui; sedangkan sumber eksistensi adalah kekosongan.  Jadi jangan biarkan kesadaranmu akan hidup dan eksistensimu tertutupi dan terjebak dalam ruang berpikirmu sepanjang waktu, yang diciptakan oleh pikiran yang tercerabut dari sumbernya; yang hanya telah menciptakan manipulasi dan dualitas kebohongan dalam realitas fisikmu. Sering-seringlah berada dalam kondisi hening meditatif secara mental, dimana diri berada dalam keadaan pasrah yang intuitif. Biarkan kesadaranmu berkembang dan semakin dalam, hi

Kritik Femanisme; Mengubah Keadaan

Gambar perempuan berlawan Feminisme adalah sebuah gerakan sadar untuk mengubah keadaan atas diskriminasi, kekerasan, eksploitasi, dan penindasan yang dialami perempuan. Feminisme menyadarkan kita akan ketidakadilan gender dalam masyarakat kita, di manapun kita berada.  Kemudian tentu saja dibutuhkan kegiatan-kegiatan yang mempersoalkan dan menganalisis ketidakadilan itu secara kritis, dan berusaha mengubah keadaan.  Namun kalau kita sedang berada di tengah sebuah negara pascakolonial, alias di belahan dunia yang sering disebut dunia ketiga, kritik feminis semacam itu mudah menjadi buah simalakama.  Di satu tentu saja kritik itu perlu dan relevan untuk menggugat ketidakadilan gender yang ada. Di sisi lain, saat kritik itu diutarakan, ia berpotensi dijadikan bagian dari wacana kolonial, yaitu sebagai bukti bahwa masyarakat setempat bersifat patriarkis, kolot, dan represif.  Di situ kemudian kolonial sering mencitrakan masyarakat barat sebagai lebih maju, dalam arti lebih adil gender.  Ma

Ngopi; Sudahkah Kita Mengartikannya

Foto bersama Andi Agus (penulis novel perisai permata dua) dari selayar. Sudahkah ngopi hari ini?, Pertanyaan yang tidak lazim kita dengar dan kita baca lewat pesan singkat di Wa, FB, dan IG serta media sosial yang lain yang dilontarkan oleh remaja maupun kalangan orang tua. Ngopi bukan hanya kegiatan meminum kopi, banyak makna dan hikmah kita temukan.  Mungkin setiap orang mentafsirkan dalam sudut pandang yang berbeda-beda. Mungkin saya dalam mengartikan ngopi berbeda dengan kalian. Jadi perbedaan dalam penafsiran tentang ngopi akan saya sampaikan, dimana saya akan bahas dalam beberapa pendekatan, yaitu: 1. Segi sosial ,  Belakangan ini banyak tempat nongkrong ngopi yang sudah menjadi tren di zaman sekarang yang disebut kedai kopi. Kedai kopi merupakan tempat bagi orang-orang yang suka ngopi.  Tentu bukan hanya itu tetapi sebagai tempat untuk bercengkrama dengan teman-teman yang sekarang dan teman lama, apel bersama pasangan, dan melobi seseorang maupun kolega. Hadirnya kopi ditenga